Undang-undang Nasib


Sepertiga malam membangunkan angan.
Sepi ditepis menerobos dingin remang angin.
Di sepetak lapak tertanam keyakinan:
Demi masa depan yang tertawan.

Basah tanah mengasah serapah.
Resah langit memangku histeris jerit.
Kalungan selendang melerai nyamuk kubangan.
Terus berkibar; Kini lalat-lalat hijau penghuni comberan.

Wahai tubuh-tubuh di penghujung shubuh.
Wahai kulit-kulit di kerak tengkorak.
Andai di surga sana anak-anak kalian tersedu.
Andai di surga sana anak-anak kalian menyeru.
Katakan, tubuh-tubuh kalian sedang berkorban.
Katakan, kulit-kulit kalian tengah sembahyang.

Terekam jelas dalam usang undang-undang.
Sekarung jagung menghabiskan puntung.
Sekarung terung menambah buntung.
Sedenyut jantung memenuhi kantung.
Sedenyut sarung mendatangkan segunung putung.

Nasib wajib ajaib.
Menjuntak tembikar kasar fajar.
Menjilat senja meja dibalik dolar.
Begitulah tatih nasib berjalan.



Semarang,
03:42/110212.
Previous
Next Post »