Amarah Tanah

Tanah tak sudi lagi menahan hentak amarah.
Bukan karena pelatarannya penuh simbah darah.
Bukan karena atapnya tertutup kabut maut.
Bukan karena kemampuannya membuka diri tertelan bumi.
Entahlah.
Tapi ada yang menggema;

"Karena ia enggan tertular kebiadaban manusia."

Lihatlah tanah-tanah mulai ramai membentengi diri.
Bujuknya meluluhkan nafsu manusia menjadi ksatrianya.
Betapa tak bisa dipercaya sinar bahagia bersinar dari mereka.
Betapa tak bisa dilogika rasa bangga berpijar dari sana.
Sungguh tak dapat dikayuh kemuakannya justru menjadi keangkuhan mereka.
Sungguh.

Begitukah cara manusia memaknainya?
Begitukah cara manusia memahami kemanusiaannya?



Semarang,
01:09/280112.
Previous
Next Post »