Untuk Anak-anak Kita Kelak

Berilah aku rasa yang belum pernah kau bagi pada mereka.
Seperti kau memberikan kasihmu pada anak-anak kita kelak.
Jangan tersentak!
Aku hanya ingin tahu suara merdumu tak palsu.
Juga senyummu bukan semu nan meragu.

Apakah sorot-sorot motor yang berkeliaran kau tuduh kotor?
Berhentilah mengatai mumpung kau belum disabda jadi tai.
Usailah menyanjung sebelum lidah sucimu dipasung.
Lihatlah anak-anak kita terpana dalam derita.

Kau memang selalu datang menyambut mentari dihari pagi.
Tapi aku tak mampu berjanji untuk setia menemani.
Biarlah bayang-bayang kepercayaan yang mengekang.
Meremukkan kesangsian yang melintas diperasaan.
Sebab, anak-anak kita hanya menginginkan ketulusan.

Deru apa pun yang menyeru.
Denting apa pun yang melengking.
Yakinlah aku hanya kan mendengar apa yang telah kau bicarakan.
Semua yang telah kita sepakati dikala mentari belum meninggi.
Dengarlah, anak-anak kita sedang asyik berbisik-bisik.

Kini tiba saatnya kita mesti bersua lewat dinding-dinding cakrawala.
Tak pernah saling berkhianat walau kaca-kaca telah berkarat.
Biarlah gigi-gigi kecilmu menjadi penanda jalanku pulang.
Memberikan sedikit tenaga yang habis terkuras di medan perang.
Lihatlah anak-anak kita sudah tak sabar untuk keluar.


Semarang,
03:30/300911.
Previous
Next Post »