Apa Kabar Bangsaku yang Barbar

Apa kabar bangsaku yang barbar?
Masihkah kalian tak sadar telah diperbudak pesona-pesona cadar?
Masihkah kalian tak malu memuja setan dan hantu-hantu?
Masihkah kalian saling maki dengan jubah-jubah suci?
Masihkah kalian saling jegal berebut moral?
Masihkah???

Apa kabar bangsaku yang barbar?
Kapankah kalian lelah menawan jiwa-jiwa para pahlawan?
Kapankah kalian letih melahirkan tragedi-tragedi yang pedih?
Kapankah kalian capek mendayung masa yang pendek ini dengan ilusi-ilusi yang bikin frustasi?
Kapankah kalian bosan mengahanguskan alam yang kian muram?
Kapankah???

Apa kabar bangsaku yang barbar?
Kemanakah kepala suku kalian yang katanya paling tak dungu?
Apa benar ia telah terkapar pada jasad-jasad yang tak kunjung memayat?
Apa benar ia juga tengah sekarat di istana indah nan megah yang tak bertanah dan tak bertuah?
Apa benar ia hanya sebuah simbol yang menonjol dari ritme-ritme yang tolol?
Kemana???
Apa benar???

Apa kabar bangsaku yang barbar?
Belum jugakah Gadjah Mada menyapa dengan sumpah palapa-nya?
Belum jugakah Walisongo membabtis dengan jimat kalimosodo-nya yang magis?
Belum jugakah janda-janda dan yatim-yatim para pejuang memangkas ego-ego kalian yang menjulang?
Belum jugakah darah-darah kalian yang kotor dibakar sang proklamator dengan bara-bara obor?
Belum jugakah???

Apa kabar bangsaku yang barbar?
Kini, biarlah aku bernyanyi dalam wanginya sunyi.
Mencabut bendera-bendera yang kadung menusuk dan memanen kecewa di jiwa.
Menginstal ulang segala sistem kebenaran akal yang telah kalian goresi dengan kebrutalan.
Memprogram kembali logika-logika yang kalian susupi dengan untung-rugi.
Kini, biarlah aku bernyanyi sendiri.

Apa kabar bangsaku yang barbar?
Habiskan saja lembar demi lembar sejarah kalian yang tak kunjung buyar.
Akan ku pahat riwayat-riwayat kalian menjadi relief-relief ditumpukan mayat-mayat yang massif.
Biar matahari dapat menari ditengah-tengah para penikmat kopi.
Biar rembulan tak lagi segan membawa mimpi-mimpi dari balik jeruji untuk rela berkorban.
Biar gemintang tetap betah berujar pada debu-debu yang kian kurang ajar.
Biar aku yang juga barbar tak bisa larut dalam cita rasa kalian yang semakin membarbar.



Semarang,
01:10/131011.
Previous
Next Post »