Orkestra Para Pendosa

Kelupasan kacang semalam belum buyar.
Berkerumun anggun serumpun anggur.
Di atas piring, keratan tulang menggunjing.
Pecahan cawan bergelontangan tertahan.

Dipinggir fajar ini, bir-bir tak usai menggelepar.
Merilis doa-doa para pendosa.
Sebotol arak menyesaki teriak.
Menyetubuhi Tuhan penuh kesadaran-perasaan.

"Kamilah para pendosa yang tak pantas menghuni surga.
"Kamilah para pendosa yang tak berdaya menghuni neraka."

Langit menjerit.
Bukit-bukit membait.
Gunung-gunung bersenandung.
Mata air bersyair.
Bumi berpuisi.
Berkolaborasi mengiringi doa para pendosa.

Dari pangkal pagi yang menyemi, terasa getaran darwis menari.
Terlihat terus berputar pada poros immortal.
Kelupasan kacang bergoyang.
Anggun anggur menggeluyur.
Keratan tulang meregang.
Pecahan cawan terdiam.
Semua berseru: "Hu... Hu... Hu..."
Semua berteriak: "Haq... Haq... Haq..."
Semua mendesah: "Allah... Allah... Allah..."

Sebelum fajar benar-benar terbenam.
Sebelum pagi benar-benar memancar.
Ada geremangan diantara para pendosa;
"Manakah manusia yang tak pernah berdosa?"



Semarang,
01:50/061211.
Previous
Next Post »