Malam Peraduan

Gerimis mendesis.
Cobalah merebah.
Otot-otot lesu kakimu melesung kaku.
Percuma bujuk rayu menyeru.
Ada gelisah di tiap bisik lirik yang mendesah.

Tolong jangan ganggu semedi daun pintu.
Hening malam terdengar tengah berguru.
Membai'at alamanak penuh tanah.
Bukankah tiap tempat menyimpan keramat?
Bukankah tiap ruang mengurai bingkai sakral?
Selalu ada mimpi di ujung dimensi yang tak bertepi.

Gerimis mendesis.
Cobalah merebah.
Lubang senggang kulitmu menggigil dekil.
Percuma busa retorika berbisa.
Selalu ada pedih pada buih yang saling tindih.

Tolong singkirkan segala nada dan aksara.
Ini malam peraduan kawan.
Biarkan kunci pintu bersaksi.
Bertutur jujur atas siapa saja pemegang gelanggang.
Berkata apa saja tentang ketidakberdayaannya.

Biarkan.
Jangan ada sebintik keperkasaan menodainya.
Biarkan.
Ada maut di selubung kabut yang selalu siap mencerabut.
Biarkan.
Bukankah Tuhan tak pernah terpejam?



Semarang,
00:02/261111.
Previous
Next Post »