Menanti Mentari

Mentari benar-benar sembunyi.
Pagi, siang, malam, hanya bersandar pada ingatan.
Gelap satu-satunya rona yang gemerlap.
Gelap satu-satunya warna yang mesti ditatap.

Mentari benar-benar lari.
Pagi, siang, malam, menghapus tanda perkenalan.
Tiada cahaya menyala.
Tiada cahaya menyisa.

Mata buta.
Tercium ketuk rimba dimana-mana.
Anak-anak diajar serakah di sekolah.
Anak-anak dilatih rakus di kampus.
Begitu terus hingga bumi aus, tergerus.

Mentari benar-benar sembunyi.
Mentari benar-benar lari.
Sungguh mentari benar-benar belum mati.
Mentari hanya benar-benar tak peduli.
Mentari hanya benar-benar ingin manusia sadar diri.

Bagaimana agar mentari benar-benar singgah dan berbagi kesah.
Bagaimana agar mentari benar-benar menyelimuti alam penuh kehangatan.

Hasrat barbar kadung ditebar.
Menyatu padu dalam aroma-rasa udara.
Menjalar liar mendobrak pikiran binatang.

Bergegaslah wahai mentari, bumi lelah menanti.



Semarang,
03:53/030512.
Previous
Next Post »