Indonesia, apa yang kau pinta?

Indonesia, apa lagi yang kau pinta?
Tak cukupkah tsunami yang terjadi?
Bagaimana dengan gempa yang berkali-kali?
Apa Lapindo hanya kau anggap luapan libido?
Yang akan begitu saja terhempas kala penghuninya sesak bernafas?

Apa yang kau pinta Indonesia?
Gunung-gunung telah menurutkan inginmu bergaung.
Asap-asap melahap hutan dengan senyap.
Api juga telah menggelar pijarnya di pasar-pasar tradisional.
Apa semua itu tak cukup sebagai tumbal?

Indonesia, apa lagi yang kau pinta?
Haruskah kematian Gadjah Mada disurikan?
Atau, haruskah Kompeni didatangkan kembali?
Jika memang kau tak berkehendak negeri ini berdiri,
kenapa tak kau telan saja Soekarno saat hendak membacakan proklamasi?
Atau, tak kau hadang saja Jepang ketika berkeinginan pulang?

Apa yang kau pinta Indonesia?
Haruskah namamu diganti agar lebih hoki?
Atau, kau memang sudah tak peduli lagi dengan dirimu sendiri?
Indonesia, ungkapkanlah pintamu sekarang!
Sebab, rasa sayang ini tak akan pernah bisa diredam.

Indonesia, kata siapa kau bukan kaya raya?
Mata siapa yang tak terpana memandangmu di khatulistiwa?
Hati siapa yang tak terkesima menyaksikanmu berbusana surga?
Tak ada.
Sungguh belum pernah ada.
Semua sepakat bahwa kau sangat layak berbahagia.

Indonesia, apa lagi yang kau pinta?
Terdengar kabar bahwa kau hanya pengkhayal.
Mencoba membungkam kemunafikan dengan putihnya surban.
Membasmi ketimpangan dengan aturan binatang.
Membunuh penyimpangan dengan pendingin ruangan.
Apa benar?
Semoga tak benar.

Indonesia, pintalah sekarang!
Dengar, kicau Garudamu tak lagi merdu.
Delapan ekornya mengendor.
Tujuh belas lehernya tercecer.
Empat puluh lima sayapnya tampak tinggal beberapa saja.
Sampai kapan kau terus diam tak bicara?

Indonesia, pintalah sekarang!
Bilanglah "ini" biar "itu" tak lagi berlaku.
Bilanglah "itu" biar "ini" terhenti.
Pintalah "begini" supaya semua mengerti.
Pintalah "begitu" supaya semua tahu.

Indonesia, semua sepakat bahwa kau berdaulat dan bermartabat.
Pintalah apa pun agar kau benar-benar berdaulat dan bermartabat.
Semoga kami layak kau sebut rakyat.



Semarang,
21:08/220512.
Previous
Next Post »