Bukan kali
pertama FPI (Front “Pembela” Islam) melakukan sikap ataupun aksi yang
menghebohkan media. Sebagaimana kita lihat akhir-akhir ini, media dihebohkan
lagi atas sikapnya yang menolak kedatangan Lady Gaga. Dengan dalih pornografi
dan sejenisnya, konser Lady Gaga pun gagal dilakukan di Indonesia.
Terlepas
dari permasalahan Lagi Gaga, jika mengamati argumentasi yang mendasari sikap
dan aksi yang selama ini dilakukan oleh FPI, dapat disimpulkan bahwa mentalitas
Islam yang diusung oleh FPI adalah mentalitas Islam penakut. Jelas bukan takut
terhadap peluru atau tajamnya parang. Akan tetapi takut terhadap:
1. Keadaan
Tak jarang FPI melakukan aksi penyerangan
terhadap toko-toko, warung-warung, ataupun tempat-tempat yang menjajakan
“barang maksiyat”. Sebab, toko-toko, warung-warung, ataupun tempat-tempat itu
secara fungsional dapat mendistribusikan dan mengantarkan kepada ke-dosa-an.
Jika tidak diberantas, maka toko-toko, warung-warung, ataupun tempat-tempat ini
bisa jadi akan menjamur dan akan menciptakan situasi yang dapat mengganggu
konsentrasi mereka dalam ber-Islam. Sehingga, mereka berupaya dengan cara
apapun (termasuk kekerasan) untuk menciptakan situasi yang mereka sukai. Mereka
ingin menciptakan situasi tersendiri karena mereka sadar betul bahwa kondisi
mereka masih “rapuh” jika harus berhadapan dengan berbagai situasi yang tidak
sesuai atau bahkan bertentangan dengan apa yang ingin mereka jalani. Sehingga,
mereka merasa wajib untuk menciptakan situasi yang sesuai dengan kondisi mereka
sendiri. Mereka takut jika keadaan tidak mendukung, mereka tidak dapat melakukan
ibadah dengan tenang.
2. Hawa Nafsu
Ketakutan kedua FPI adalah terhadap hawa
nafsu. Dengan melakukan pemberantasan terhadap toko-toko, warung-warung,
ataupun tempat-tempat yang menjajakan “barang maksiyat” sudah menunjukkan akan
hal itu. Mereka takut tidak akan mampu mengekang hawa nafsu melihat kanan-kiri
yang begitu menggoda dan menggiurkan kenikmatan. Mereka takut hawa nafsu mereka
mengalahkan pikiran sehat mereka yang akan menjerumuskan kepada ke-dosa-an.
Yang menyedihkan, ternyata ketakutan mereka terhadap hawa nafsu justru
membangkitkannya. Terbukti, sikap dan aksi mereka hampir dipenuhi dengan
penampakan ekspresi hawa nafsu yang liar.
Ketakutan
terhadap kedua hal di atas harus cepat-cepat dibasmi, sebab, ketakutan tersebut
adalah penyakit keagamaan. Kenapa penyakit? Karena hal semacam itu bukanlah
gelagat orang beragama yang sehat. Orang beragama yang sehat, tentu berpikiran
sehat. Orang yang berpikiran sehat tidak mungkin takut terhadap apa pun yang
akan atau tengah ia hadapi. Karena apa pun yang akan atau tengah ia hadapi
adalah tantangan yang harus ia tundukkan. Dan itu sudah menjadi resiko jika
kita ingin tetap beribadah ditengah-tengah masyarakat yang berbeda-beda kepentingan
dengan tanpa ada pihak yang merasa dirugikan.
Akhirnya,
anda lebih puas mana jika anda berhasil berpuasa seharian penuh ditengah-tengah
terik dan banyak warung yang buka, dengan jika anda berhasil berpuasa seharian
penuh dengan hanya berdiam diri dan rebahan saja di rumah? Silahkan jawab
dengan pikiran yang sehat.
Semoga ada
diantara kawan-kawan FPI yang membaca tulisan ini biar ada yang mengoreksi.
Wallahu a’lam.
Salam damai.
Semarang,
02:48/160512.
ConversionConversion EmoticonEmoticon