Lekuk Tubuhmu

Setidaknya, lekuk tubuhmu mengajariku cemburu.
Saat di keramaian, atau tengah berduaan di hadapan Tuhan.
Saat berjalan di pasar, atau bercumbu dalam kamar.
Selalu ku temukan mata liar disekujur tubuhmu yang berbinar.

Setidaknya, lekuk tubuhmu mengajari cemburu.
Gerai rambutmu di gelinjang lehermu kerap mengadu.
Rusuh memisuh.
Memaki tiada henti.
Selalu menghardikku ketika lekuk tubuhmu beradu dengan cemburuku.

Setidaknya, lekuk tubuhmu mengajariku cemburu.
Menantang mata jalang.
Menyumbat tangan jahat.
Memberangus nafsu yang mendesus
Menyumpal lidah nakal.
Namun, sepertinya mataku yang mencundang.
Tanganku yang tertawan.
Lidahku yang patah.
Nafsuku yang kelu oleh cemburu.

Setidaknya, lekuk tubuhmu mengajari cemburu.
Bagaimana menghadang lirikan jalang.
Bagaimana meredam serakah lidah.
Bagaimana menangkis tangan iblis.
Bagaimana supaya lekuk tubuhmu tak mengajariku cemburu.
Bagaimana, dan bagaimana membuang cemburuku di lekuk tubuhmu.

Setidaknya lekuk tubuhmu tak hanya aku yang tahu.
Berjuta mata telah meraba.
Berjuta ludah telah menelan indahnya.
Berjuta tangan telah menggambarnya di awang-awang.
Berjuta nafsu tak segan setuju datang sebagai tamu.

Setidaknya, lekuk tubuhmu mengingatkanku untuk berhati-hati membagi rahasia denganmu.
Setidaknya, lekuk tubuhmu menegur tatapanku atas lekuk tubuh selain darimu.
Setidaknya, lekuk tubuhmu membisikkan bahwa kau tak punya cukup malu.
Setidaknya, lekuk tubuhmu mengajariku cemburu.
Setidaknya, lekuk tubuhmu menawarkan ragu bahwa dirimu tak sepenuhnya milikku.



Semarang,
01:25/270512.
Previous
Next Post »