Panteisme itu Penawar Rindu

Ijinkanlah udara terik ini ku hirup.
Meski menyesakkan, setidaknya ia dapat menyeka rindu.
Lewat kornea, telah ku gandakan dirimu pada segala yang ada.
Beginikah hati yang dahaga?
Kenapa mesti meliuk-liuk dalam buaian rasa?

Ijinkanlah wajahmu ku pahat dalam pejaman mata.
Tawamu dalam remang tak kan pernah bisa menghilang.
Selalu mengusikku setiap kali bulan bercengkerama dengan bintang.
Sekaligus bagai merajam jiwaku yang terus bergolak ingin mengulang.
Beginikah mata yang merindu?
Kemanakah perginya malam itu?

Ijinkanlah senyummu bergentayangan di partikel-partikel itu.
Meriuhkan kulminasi sunyi di pelataran.
Sesaat kemudian, uluran tangan ini dengan mata terpejam.
Inikah penawar rindu yang kau janjikan?

Semarang,
02:06/130811
Previous
Next Post »