Negeri Bocah Antah Berantah

Bocah-bocah itu masih menyangga wajah dengan kedua tangannya.
Di sekitar, lalat-lalat berpantat hijau juga masih berputar-putar.
Menyanyikan firman-firman Tuhan lewat sepasang sayap-sayapnya.
Menabuh-nabuh pori-pori bocah-bocah itu agar menari dalam sengatnya.

Bocah-bocah itu masih menatap atap dapurnya yang belum berasap.
Sesekali melirik ibunya yang tak henti-henti mendendangkan janji-janji.
Sumpah serapah bapaknya serasa ditelinganya kian menyampah.
Malam dan pagi bocah-bocah itu masih tetap menanti.

Bocah-bocah itu masih bersemangat meski mata dan mulutnya telah tampak menguap.
Apakah janji-janji akan membumi?
Apakah sumpah-sumpah akan terbang ke negeri Antah Berantah?
Bocah-bocah itu masih terpaku di bawah pecahan lampu.



Semarang,
00:36/090911.
Previous
Next Post »