Malaikat di Desaku

Di desaku, banyak malaikat terlihat.
Pada gagal panen yang berkepanjangan.
Pada kemarau yang tak berkesudahan.
Pada gejolak dan konflik yang mumungut korban.
Bahkan, pada desas-desus perceraian.
Pun, wajah warga tetap tak jelas mengarah.

Di desaku, ibu-ibu lupa bagaimana menanak nasi.
Sebagian peluh petani yang melepuh mengeluh.
Sebagian lagi memangsa ruang kota-kota.
Sebagian kecil lainnya tetap diam di sawah karena hanya itu yang dapat dijamah.
Tak habis pikir, malaikat itu malah menjarah sawah-sawah.
Sembari menanti pati, terpaksa petani terus memaki.

Di desaku, bapak-bapak menandur harga diri.
Siang malam memupuknya dengan materi.
Malaikat itu pula yang mengajari bahwa anda tak punya harga diri jika tak bermateri.
Makanya jangan heran, di desaku banyak sekali pencuri.
Sebab, tak ada lagi pekerjaan untuk menunjang kompetisi gengsi.

Di desaku, gadis-gadis sibuk melepas handuk merias diri.
Biar gaul nan seksi, nasihat malaikat percaya diri.
Lalu gadis-gadis itu diiklankan ke kota sebagai bidadari surga.
Pelacuran kini jadi tempat mereka berkubang selepas adzan maghrib berkumandang.

Di desaku, perjaka hanya status lelaki yang belum menanggung keluarga.
Perjaka adalah lelaki yang berani satu ranjang dengan wanita.
Tanpa akad pernikahan ataupun catatan dari KUA.
Selalu demikian kata malaikat menumbuhkan perjaka kebanggaan.
Makanya, pernikahan di desaku  lebih sering berlangsung dengan mempelai wanitanya berperut buncit.

Di desaku, anak-anak sudah dididik untuk tak terdidik.
Buat apa pendidikan jika tak mendatangkan uang, orasi malaikat lantang.
Tiap hari sekolah, anak-anak hanya diajari bagaimana supaya tak bisa kalah.
Berbohong dan menipu adalah pelajaran yang tertempel diiklan sekolahan.
Menjilat dan memfitnah adalah pelajaran yang ditampilkan perangkat pemerintah.
Makanya, di desaku tak ada lagi yang mau mengalah meskipun jelas kalah karena salah.

Di desaku, sebenarnya banyak yang melihat malaikat itu sangat jahat.
Tapi apa daya, rasa kagum warga desa terkadung tertanam dalam.
Di sana-sini, dari kandang sapi hingga warung kopi, perumusan pembenaran digalakkan.
Sementara warga yang membangkang akan dikucilkan karena didiagnosa terbelakang.
Ikut saja arus agar hidupmu terurus, tutur malaikat itu penuh perhatian kepada warga yang menentang.

Di desaku, cengkeraman malaikat itu sungguh kian kuat.
Orang yang dapat melihatnya sangat jahat pun kian berkurang.
Pembenaran, kini adalah kebenaran karena telah disepakati oleh sebagian besar orang.
Kebenaran, kini adalah kejahatan karena kebanyakan orang telah mengamini sabda malaikat demikian.



Semarang,
01:56/060712.
Previous
Next Post »