Dua Kali Tiga Kata

Bukan apa-apa namamu ku panggil dalam tanya.
Ku sandingkan logika.
Ku sandingkan fakta.
Ku sandingkan hati pula.
Ternyata kau bukan apa-apa.
Ternyata kau bukan siapa-siapa.

Bukan apa-apa namamu ku panggil dalam tanya.
Tapi kau temui ada racun di dalamnya.
Terdiam curiga membeberkan lelah entah sudah yang ke berapa.
Ternyata aku bukan apa-apa.
Ternyata aku bukan siapa-siapa.

Siapa sangka panggilku kau jawab kala angin tak silir.
Dua kali tiga kata masih menyisa prasangka.
Dua kali tiga kata membuka mata terus terjaga.
Ternyata kau masih segalanya.
Ternyata aku masih percuma.

Lihat, aku tak mampu lagi membelenggu bayangmu.
Kesendirian terlalu kuat ditundukkan bila berjumpa kenangan.
Kau memang benar, penghindaran sudah tak terelakkan.
Namun, akankah kita mengusir kebersamaan masa silam.
Ternyata aku bukan apa-apa.
Ternyata aku bukan siapa-siapa.

Masih ingatkah kau tentang ladang gersang yang pernah ku ceritakan.
Semalam ia begitu tenteram selepas membaca awan hendak hujan.
Sayang, hujan membangkang dan mungkin kini tertawa menyaksikannya mengerang.
Ternyata kau memang masih segalanya.
Ternyata aku memang masih percuma.



Semarang,
05:17/070712.
Previous
Next Post »