Memori Memorandum

Aku ingat mata itu mempretel Bani Israel.
Aku ingat mata itu mengebom bangsa Sodom.
Aku ingat mata itu melumat kaum 'Ad.
Aku ingat mata itu menyergah gajah Abrahah.
Aku ingat mata itu tercatat;
Keindahannya terlihat dalam riwayat.

Tak peduli siapa pun yang menabur arang di kubur.
Sungut belalang menggayut genderang.
Memantik sperma bunga di ujung cita.
Metamorfosa membusai reinkarnasi samudera.
Gada Bima terselip lekat pada jemari malaikat.
Siapa yang peduli?

Selaksa tawa membahana di emper apartemen.
Mengikis PSK muda mengepel ketiak pengamen.
Dekat kuburan China di belahan perbukitan.
Mencumbu arang saat bau belerang menyerang.
Menikam, menusuk, menerkam, melumpuhkan belalang.
Berdiri lagi menyapu pahatan nisan.
Siapa yang peduli?

Aku ingat bagaimana racun menghambur.
Tepat dicelah leher berkalung pengundang rasa kabung.
Pelan, menjerat sepasang katak bermesraan.
Juga sejuta anak-anak di gerbang retak.

Aku ingat mata itu membecek.
Entah habis menangis atau tersengat tinju hangat.
Merahnya tak bisa dijamah.
Lebamnya tak bisa diredam.
Persis selongsong amarah dalam sejarah.



Semarang,
03:03/270312.
Previous
Next Post »