TUHANKU

Ku langkahkan kakiku berjalan
Ku paksakan ia menyusuri setapak demi setapak
Terjalnya kerikil tak kuhiraukan
Sedikit luka tak lagi aku rasakan
Bahkan tak terasa

Malam semakin memuncak
Aku masih saja meraba-raba kehidupan
Ku ketuk pintu-pintunya
Ku intip ia dari jiwa dahagaku
Ku sibak jendelanya dengan tangan rapuhku
Oh Tuhan, begini rumitkah meniti jalan-MU?

Hujan belum juga reda
Ku hempaskan jasad ini menentang rintiknya
Bau anyir tanah menyergap hidungku
Basah, sekujur tubuhku basah oleh comberan

Disela-sela dahsyatnya petir
Pikirku berandai-andai
Meloncat-loncat tanpa kendali
Sementara itu, mulutku semakin liar
Menembus batas dunia dengan bangga
Oh Tuhan, Maafkanlah aku!

Tuhan...
Digubug reyot ini aku bersaksi
Tiada Tuhan selain tuhan
Tiada Rasul selain rasul
Maka, biarkanlah aku menemukan-MU dalam tuhan-tuhanku
Tuntunlah aku pada jalan Rasul-MU, bukan rasul-rasulku

Bersamaan butiran tetesan dari atap
Mataku menatap mayat tanpa kepala
"Dimana kepalamu?", Teriakku dalam keterkejutan
"Ha... ha... ha... ha...", Jawabnya dengan lantang
Sebelum mataku berkedip
Ia pun berlari dan menghilang
Previous
Next Post »